SELAMAT TINGGAL INDONESIA, SAMPAI BERTEMU KEMBALI.

SELAMAT TINGGAL INDONESIA, SAMPAI BERTEMU KEMBALI.

Life is a balance of holding on and letting go” – Rumi

Sebagai tulisan pertama di blog personal ini, saya tidak akan membahas semua aspek secara mendetail. Namun, saya akan berusaha memberikan gambaran umum tentang latar belakang serta cerita perjalanan hidup saya meninggalkan Indonesia.

Keberangkatan

Hari itu Sabtu, 11 Juli 2020, saya berdiri mengantri di depan pintu keberangkatan maskapai Emirate di Bandara Soekarno-Hatta. Tidak ada perasaan lain selain rasa senang. Senang karena setelah melalui proses administrasi yang panjang dan melelahkan, visa de long séjour (visa kunjungan jangka panjang) yang saya ajukan sejak pertengahan tahun 2019 akhirnya diterima. Senang karena akhirnya saya bisa berangkat ke Perancis untuk bertemu dengan anak saya yang baru saja lahir.

Catatan 1:

Pada masa pandemi COVID-19, visa yang diterima hanya visa kunjungan jangka panjang dengan durasi lebih dari 3 bulan atau bagi mereka yang sudah memiliki kartu izin tinggal. Siapa saja yang ingin bepergian dengan visa kunjungan jangka pendek (kurang dari 3 bulan) akan ditolak. Sebelumnya, saya pernah mencoba berangkat menggunakan visa jangka pendek, tetapi ditolak di proses check-in. Saya terpaksa pulang dan mengajukan kembali visa kunjungan jangka panjang.

Memulai Kehidupan Baru

Singkat cerita, hampir 4,5 tahun sejak tulisan ini dibuat, saya menetap dan tinggal di Perancis. Sebagai seseorang yang lahir dan dibesarkan di Indonesia, hampir semuanya terasa baru bagi saya—ibarat menekan tombol factory reset (kembali ke setelan awal). Saya memulai dari nol, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional: bahasa, cara berpikir, gaya hidup, sosial, semuanya berubah. Namun, keyakinan serta nilai-nilai budaya Timur tetap melekat erat dalam diri saya.

Salah satu hal yang paling menantang adalah bahasa. Saya akhirnya menyadari bahwa kemampuan berbahasa adalah kunci utama untuk bertahan dan beradaptasi di sini. Ini adalah topik yang akan saya bahas lebih jauh dalam tulisan mendatang.

Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja saya di Indonesia belum dapat saya manfaatkan secara maksimal. Di Perancis, ijazah saya dari Indonesia tidak diakui, dan sebagian besar pengalaman kerja saya di manajemen perhotelan tidak dapat dimanfaatkan karena keterbatasan bahasa. Akhirnya, saya memutuskan bekerja di industri makanan sebagai operator forklift sembari menabung untuk melanjutkan pendidikan di bidang manajemen. Saya berharap pendidikan ini dapat berguna jika saya kembali ke Indonesia di masa depan.

Catatan 2:

Sebagai warga negara non-Uni Eropa, untuk mendapatkan pengakuan terhadap ijazah pendidikan, saya harus melakukan proses evaluasi penyetaraan melalui situs ENIC-NARIC. Situs ini bertugas menilai ijazah asing dan menerbitkan sertifikat pengakuan.

Saya bukan orang yang terlalu supel dalam bergaul, tetapi saya memiliki kemampuan adaptasi dan toleransi yang cukup tinggi. Perubahan ritme dan gaya hidup di Perancis tidak terlalu menjadi masalah besar bagi saya. Pada tahun kedua, yaitu 2020, saya sudah dapat berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.

Namun, pola interaksi di sini berbeda dengan di Indonesia. Ketika di Indonesia, kita bisa dengan mudah mengunjungi atau dikunjungi teman tanpa rencana khusus. Di sini, sebagian besar orang akan membuat janji terlebih dahulu sebelum bertemu. Tidak semuanya seperti itu, tetapi pola semacam ini cukup umum di Perancis.

Tantangan dalam Kehidupan Pribadi

Dalam kehidupan pribadi, salah satu tantangan menarik adalah membesarkan anak. Anak saya lahir dari pasangan campuran: ayah berkewarganegaraan Indonesia dan ibu berkewarganegaraan Perancis. Tidak mengherankan jika si kecil lebih condong ke sisi ibunya, mengingat pengaruh lingkungan eksternal dan penggunaan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari.

Catatan 3:

Saya selalu menyelipkan Bahasa Indonesia ketika berbicara dengan anak saya. Menurut saya, ini adalah cara paling efektif untuk mengenalkan bahasa. Selain itu, saya percaya bahwa anak kecil memiliki kemampuan luar biasa untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungan serta informasi yang diterimanya. Topik ini juga akan saya bahas lebih mendalam di tulisan mendatang.

Penutup

Untuk mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengatakan bahwa perjalanan hidup di Perancis telah memperdalam wawasan dan pemahaman saya tentang hidup. Ada banyak hal menarik yang ingin saya ceritakan di blog ini, dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca, dan sampai jumpa di tulisan berikutnya!

À bientôt.

rachmatfadlin@gmail.com Avatar

Leave a Reply